INTERAKSI OBAT FARMAKODINAMIK HIPNOTIK-SEDATIF

INTERAKSI OBAT FARMAKODINAMIK HIPNOTIK-SEDATIF

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter,  sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan menurunkan efektivitas obat yang berinteraksi. Interaksi obat berdasarkan mekanismenya dibedakan menjadi tiga macam yaitu inkompatibilitas, interaksi farmakokinetika, dan interaksi farmakodinamik . Berdasarkan level kejadiannya, interaksi obat terdiri dari established (sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat bisa terjadi), suspected (interaksi obat diduga terjadi), possible (interaksi obat mungkin terjadi, belum pasti terjadi), serta unlikely (interaksi obat tidak terjadi). Sedangkan berdasarkan keparahannya, interaksi obat dapat diklasifiksikan menjadi tiga yaitu mayor (dapat menyebabkan kematian), moderat (sedang), dan minor .

Clinical significance adalah derajat dimana obat yang berinteraksi akan mengubah kondisi pasien. Clinical significance dikelompokkan berdasarkan keparahan dan dokumentasi interaksi yang terjadi. Terdapat 5 macam dokumentasi interaksi, yaitu establish (interaksi obat sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat dapat terjadi), suspected (interaksi obat diduga terjadi), possible (interaksi obat belum pasti terjadi), unlikely (kemungkinan besar interaksi obat tidak terjadi). Derajat keparahan akibat interaksi diklasifikasikan menjadi minor (dapat diatasi dengan baik), moderat (efek sedang, dapat menyebabkan kerusakan organ), mayor (efek fatal, dapat menyebabkan kematian) . Level signifikansi interaksi 1,2 dan 3 menunjukkan bahwa interaksi obat kemungkinan terjadi. Level signifikansi interaksi 4 dan 5 interaksi belum pasti terjadi dan belum diperlukan antisipasi untuk efek yang terjadi.

Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.

Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penatalaksanaan kejang, serta insomnia.

Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:

1.        Benzodiazepin

  • ·         Alprazolam
  • ·         Klordiazepoksid
  • ·         Klonazepam
  • ·         Klorazepat
  • ·         Diazepam
  • ·         Estazolam
  • ·         Flurazepam
  • ·         Halazepam
  • ·         Lorazepam
  • ·         Midazolam
  • ·         Oksazepam
  • ·         Temazepam
  • ·         Triazolam

2.        Barbiturat

  • ·         Amobarbital
  • ·         Aprobarbital
  • ·         Butabarbital
  • ·         Butalbital
  • ·         Mefobarbital
  • ·         Mektoheksital
  • ·         Pentobarbital
  • ·         Fenobarbital
  • ·         Sekobarbital
  • ·         Tiopental

3.      Golongan Lain

1.      Golongan Benzodiazepin

No Nama Obar A Mekanisme Obat A Nama Obat B Mekanisme Obat B Efek yang dihasilkan
1 Alprazolam Berinteraksi dengan reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat (GABA) Teofilin Relaksasi otot polos dan menekan stimulant pada jalan nafas Antagonis Teofilin
2 Klordiazepoksid Pil KB Mencegah pelepasan sel telur yang telah diproduksi oleh indung telur sehingga tidak terjadi pemuahan Antagonis Pil KB
3 Klorazepat Simetidin Menghambat histamine pada reseptor H2 secara selektif dan reversible Antagonis Simetidin
4 Estrogen Menekan okulasi pada efek hipotalamus Sinergis estrogen
5 Levodopa Mengendalikan kadar dopamine di substansia nigra Antagonis Levodopa
6 Rifampisin Menghambat sintesis RNA dari mikrobakterium Antagonis Diazepam

2.      Golongan Barbiturat

No Nama Obar A Mekanisme Obat A Nama Obat B Mekanisme Obat B Efek yang dihasilkan
1 Amobarbital Meningkatkan respon GABA dan membuka kanal ion Cl- meski tanpa GABA Warfarin Menghalangi metabolism hati terhadap vitamin K sehingga menurunkan produksi faktor koagulasi Antagonis Warfarin
2 Aprobarbital Amitriptylin Mengatur penggunaan neurotransmitter NE dan serotonin di otak Antagonis Aprobarbital
3 Butabarbital Propanol Menghambat beta yang bekerja di otot polos Antagonis Propanol
4 Bentobarbital Beta metason Mengontrol kecepatan sintesis protein Antagonis Beta metason
5 Sekobarbital Digoksin Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (menhambat enzim Na,K,ATPase) Antagonis Digoksin
6 Tiopental Metadon Berikatan dengan reseptor glutamatergik NMDA (N-Metil-D-Aspartat) Antagonis Metadon
7 Mefobarbital Asam Folat (vit B9) Pembentukan dan pembelahan sel Antagonis Asam Folat
8 Butalbital Aminofilin Relaksasi otot polos dan menekan stimulasi jalan nafas Antagonis Aminofili

3. Golongan Lain

No Nama Obar A Mekanisme Obat A Nama Obat B Mekanisme Obat B Efek yang dihasilkan
1 Kloralhidrat Menekan susunan saraf pusat Alkohol Sebagai depressan yang memperlambat kerja otak dan system saraf Adisi Alkohol
2 Atarax Menekan system saraf pusat Atropin Sulfat Melepaskan neurohormon asetilkolin Adisi Atropin Sukfat

DAFTAR PUSTAKA

 

Ganiswarna, S., Farmakologi dan Terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, 271-288 dan 800-810.

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto. Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989

Stockley, I.H., Drug Interactions,University of Nottingham Medical School, Nottingham, 1994.

Sulistia Gan Gunawan., Farmakologi dan Terapi, edisi V. Balai Pustaka Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta. 2009. 139-160

Tatro, D., Drug Interaction Facts, 6th Ed, Facts & Comparison A Wolters Kluwer Company, 2001, 3-24.

Tugas Interaksi Obat

Farmasi Klinis Komunitas

Fakultas Farmasi – Universitas Sumatera Utara

Penyusun:

Fadli Ar Razy (09150108177)

Kharisma Kartika (091501078)

Ririyen Dessy (091501075)

Saru Noliqo Rangkuti (091501081)

Sarah Arista Nofa (091501083)

Leave a comment